Susahnya Mengawali Hidup Di Kampung Sendiri
Saat dibangku sekolah senang banget melihat orang merantau mengadu nasib di daerah lain. Wajahnya berseri penuh kegembiraan, bajunya bersih dan wangi bagaikan orang berglimpang kentamanan, berdompet tebal seperti milioner, wibawanya meningkat bagai gubernur berkunjung ke kampung pedesaan... Oe serba serbi yang istimewa.
Sudut pandang yang berbeda dirasakan sang perantau kegembiraan bertemu sanak saudara, baju baru dan bersih serta farfum disiapkan khusus pulang kampung agar tak mengecewakan, dompet tebal disiapkan selama diperantauan agar bisa berkunjung dikampung halaman, kepercayaan diri ditingkatkan agar tidak terkesan mengecewakan... Oe persiapan mudik penuh serba serbi perjuangan.
Dalam fakta kehidupan tidak semua perantau sukses, dalam arti kesuksesan perantau adalah material. Karena tujuan utama merantau adalah agar dapat kehidupan yang lebih layak. Tapi jika tujuan utama tersebut tidak didapat setidaknta pengalamanlah yang menjadi tujuannya. Dengan merantau seseorang belajar untuk mandiri, bersosialisasi dengan beberapa orang daerah lain serta menimba ilmu dalam mengarungi asam , pahit , manis, asinnya kehidupan.
Tak mudah kita mencapai sukses didaerah lain karena persaingan yang ketat, penyesuaian yang berat, manegement yang tepat perlu diterapkan tak semudah menggoyangkan lidah. Kini jaman semakin berubah, gaya hidup, peluang kerja dan usaha semakin sempit, nominal rupiah semakin tak bernilai membuat harus banyak berusaha keras mencapai sesuatu.
Ya mayoritas perantau hanya bergantung pada peluang kerja sebagai buruh. Hi dih buruh sekarang dengan sistem kontrak dan kontrak dengan tenggang waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan sampai 2 tahun dengan lama kerja 3 tahun. Sedang peluang kariyawan hanya sekitar 10 % , apa mungkin kita termasuk bagian dari yang 10% dari puluh ribuan buruh.
Setelah sekian tahun bahkan puluhan tahun menjadi buruh tidak sedikit yang harus pulang kekampung halaman disebabkan beberapa faktor seperti habis kontrak, keluar, dan phk. Berapa besar rupiah yang telah ditabung, 1 juta , 10 juta atau berapa milyar. Itu semua akan percuma dan sia - sia untuk mencoba usaha dikampung jika tidak tepat.
Tiga tahun, sepuluh tahun lebih menjali hidup menjadi perantau dengun upah tiap bulan pasti segitu tapi mengawali hidup dikampung halaman lebih sulit lagi. Gaya hidup yang berbeda, peluang kerja yang berbeda dan banyak perbedaan yang mencolok didalamnya.
Biasanya mantan perantau berharap mendapat pekerjaan yang ringan layaknya diperkotaan sehingga mantan perantau lebih mengambil jalan berjualan ( bakso, nasi, toserba, es , jual jajanan anak keliling , eyek dan lain sebagainya) yang kini persaingan itu semakin ketat. Saking ketatnya banyak yang gulung tikar sebelum seumur jagung, bahkan baru seumur mentimun sudah gulung tikar.
Tak mudah membuka usaha di daerah perkampungan karena sikon mencari rupiah yang sulit membuat seseorang tidak royal seperti kehidupan diperkotan.
Mungkin banyak rupiah yang terbuang sua - sia untuk mengawali hidup dikampung halaman sendiri setelah merantau. Tapi dengan kerja keras hanya sedikit rupiah kita dapat menemukan cukup rupiah untuk kehidupan sehari - hari dengan berjalannya waktu. Allah menguji kita dalam kesabaran. Tapi Allah tidak pernah melupakan hambanya yang terus berusaha bahkan disertai doa.
Setiap ada kesulitan pasti ada jalan keluarnya, setiap ada kenyakinan pasti ada kenyataannya.
Comments