Kecamatan Muntilan , Kabupaten Magelang ( jluntrungan jeneng)

Pada Jaman dahulu ada seorang pengelana yang tengah membawa bungkusan dari karung yang terbuat dari kain yang disebut karung kadut yang di panggul dipundaknya. Karung kadut berisi penuh dengan bahan serta barang perbekalan selama dalam pengembaraan. Karena sangat banyak bekal yang dibawa, menyebabkan karung tersebut nampak munthil-munthil ( sangat penuh , berat hingga bergoyang  menggelantungan di pundak).

Sangat disayangkan , malang tidak bisa ditolak dan untung tak dapat diraih karena terkadang untung mengalahkan orang pintar. Saat  berjalan  di sebuah jalan setapak yang jarang dilalui , sekawanan perampok menghampiri langkah sang  pengelana. Dengan sambutan yang kurang bersahabat berupa ancaman pedang di leher, sang pengelana diam tak berkutik , mulutnya terkunci , keringat bercucuran hanya pasrah menghadapi malang yang tidak bisa ditolak. Semua perbekal yang munthil-munthil di pundaknya tak kuasa lagi untuk di tahan dan harus diserahkan kepada kawanan perampok bersenjatakan pedang tersebut. Setelah memperoleh barang buruannya para perampok segera bergegas pergi, baru saat itu sang pengelana berteriak dengan  histeris dengan hanya menyisakan gemetar dan rasa shock yang tidak ada bandingannya .

"Munthil ilang…..!!!"
"munthil ilang…..!!!"
"munthil-munthil ilang .....!!!"
Demikian suara sang pengelana yang sedang dirundung malang dengan suara tergagap.

Orang - orang di persawahan dan tegalan yang sedang bercocok tanam mendengar teriakan " munthil ilang " dengan cekatan langsung berlarian menuju sumber teriakkan dimana terjadinya perampokan. Sang pengelana tak mampu banyak mengucap kata hanya tangannya bergerak menunjuk - nunjuk ke arah kawanan perampok pergi yang telah mengambil dengan paksa bekal bawaanya sambil tak henti-hentinya terus meneriakkan  " munthil ilang… !!! munthil... ilang!!! ". Wargapun tidak mampu berbuat apa-apa karena kawanan perampok terlalu kuat untuk dilawan.

Dari kejadian tersebut  menjadi " tetenge'r "  atau tanda yang kemudian para warga menyebut tempat bekas terjadinya perampokan tersebut dengan sebutan “munthil ilang”. Lambat laun dan agak sulitnya orang jawa jaman dulu mengucap kata panjang kata munthil ilang terucap menjadi munthilang dan pada akhirnya berubah menjadi Muntilan.
Ini merupakan salah satu dari versi asal -usul  atau sejarah nama Muntilan. Kota kecil berada di sisi barat gunung Merapi yang dibatasi kali Blongkeng dan kali Pabelan.
Ada juga cerita versi yang lain tentang Muntilan.

Ilustrasi Kota Muntilan


Nama Muntilan berasal dari dua kata bahasa Inggris yaitu mount (gunung)  dan land. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi topografi tanah yang terdapat banyak gunung di sekililing kota ini. Muntilan boleh di katakan sebagai pusat pertemuan lima cincin gunung yang berada disekelilingnya. Gunung - gunung tersebut adalah Gunung Merapi,  Gunung Merbabu,  Gunung Andong-Telomoyo, Gunung Sumbing dan pegunungan Menoreh.

 Kecamatan Muntilan



Dapat di ketahui bersama bahwa Muntilan sekarang merupakan sebuah kota kecamatan yang merupakan wilayah Kabupaten Magelang dan masuk Propinsi Jawa Tengah. Pada awal tahun 1900-an, Muntilan menjadi sebuah wilayah kawedanan  atau ketemanggungan dengan tugas membantu kepemerintahan Tuan Regent. Sedangkan di masa orde baru, kota kecamatan ini sempat dimekarkan menjadi sebuah kota administratif (Kotip) yang kemudian akan dikembangkan kedepan menjadi sebuah kota madya. Namun orde baru berudah menjadi orde reformasi sehingga pemerintahan terjadi perubahan sehingga  kisah Muntilan tetap hanyalah sebagai sebuah kota kecamatan sampai sekarang.
Muntilan secara administratif sebagai sebuah wilayah kepemerintahan kecamatan yang mempunyai beberapa desa dan juga dusun.

Desa yang diusung kecamatan Muntilan, meliputi Desa Adikarto, Desa Congkrang, Desa Gondosuli, Desa Gunungpring, Desa Keji, Desa Menayu, Desa Muntilan, Ngawen, Desa Pucungrejo, Desa Sedayu, Desa Sokorini,  Desa Sriwedari, Desa Tamanagung dan Desa Tanjung. Beberapa kecamatan yang berbatasan langsung dengan  Kecamatan Muntilan meliputi Kecamatan Salam,  Kecamatan Srumbung,  Kecamatan Dukun, dan Kecamatan Mungkid.

Muntilan  yang merupakan kota terbesar di wilayah Kabupaten Magelang. Bahkan jika dibandingkan dengan  ibu kota Kabupaten Magelang yaitu Kota Mungkid, Muntilan jauh lebih ramai dan padat penduduknya. Muntilan berada di jalur strategis yang menghubungkan Jogja-Magelang-Semarang. Selain itu kota ini juga digadang - gadang sebagai pudat perdagangan dan jasa dibuktikan dengan adanya Pasar Sayur Muntilan dan juga Pasar Tradisional Muntilan yang terkenal.

Muntilan terletak di selatan kabupaten Magelang,  sekitar 10 km dari Kota Mungkid,  sekitar 15 km dari kota muntilan dan sekitar 25 km sebelah utara Yogjakarta, menjadikan Muntilan menjadi jalur perlintasan yang strategis dan ramai. Muntilan menjadi sebuah kota yang dinamis, namun tetap bersanding dengan sisi ramah,  tamah dan gotong royong yang merupakan ciri khas dari orang ndeso.

Muntilan merupakan daerah yang di kelilingi sentra pertanian yang sangat subur,  gemah ripah loh jinawi yang senantiasa menjadi pusat perdagangan untuk komoditas lokal. 
Ditambah lagi ketika nanti pasar muntilan menjadi pasar yang sudah lebih modern. Kini pasar Muntilan menjadi pasar tiga tingkat,  tingkat 1 ( besment)  sebagai tempat parkir,  tingkat 2 sebagai tempat berdagang barang basah dan tingkat 3 teratas sebagai tempat berdagang barang kering. Dengan ruko yang semakin banyak penataan semakin rapi serta tempat yang lebih bersih dan nyaman untuk pengunjung.Semakin terwujud muntilan menjadi sorotan kota - kota lain.

Kota Muntilan dibelah sebuah jalan protokol utama yang membujur utara-selatan. Dengan dipagari toko-toko yang pada awalnya sepenuhnya diusahakan oleh para perantau Tiongkok, Jalan Pemuda merupakan ruas jalan yang sangat legendaris. Di samping pertokoan, di jalan tersebut juga terdapat sekolah, perkantoran, dan fasilitas umum, seperti bank, masjid, gereja, klentheng, bioskop, dll.



Dari ujung selatan menelusuri Jalan Pemuda, dapat dilihat secara merata berawal jembatan kali Blongkeng, Muntilan akan menyambut dengan garasi bus Ramayana, kampung Wonosari, SMK As Sholihah, GKJ, SMP 1 Muntilan, Tape Ketang, Kali Lamat, pasar Jambu, kawasan Tugu Wesi, Klentheng Hok An Kiang Muntilan dan Toserba Laris, Bangjo Pasar, kawasan Terminal Drs Prajitno Muntilan,  kawasan Plasa, Pasar Sayur Muntilan, Kali Keji, Pasar sementara Muntilan, RSPD(Gemilang FM), SPBU Ponggol, kawasan Prumpung yang banyak patung, Monumen Bambu Runcing, hingga sampai di jembatan Kali Pabelan.

Di kota muntilan sebagai tanda ke khasannya adalah Monumen Bambu Runcing dan Pasar Muntilan sedangkan oleh - oleh khasnya adalah Tape ketan. Merupakan produk rumahan yang terbuat dari beras ketan yang difermentasikan ini, seakan memang menjadi ikon kuliner khas Muntilan. Selain itu jika berkunjung ke Muntilan akan sangat mudah salak pondoh menemukan wajikNy Week, jenangkrasikan, dan olahan singkong seperti slondok maupun pothel. Selain produk makanan ringan, kuliner Muntilan juga diperkaya dengan bakso kupat , soto , mie ayam,  kupat tahu ,  nasi goreng jawa,  bakmi goreng jawa,  nasi godog,  mie godog. Tapi untuk nasi dan bakmi baik yang goreng biasanya malam hari.

Sedangkan prodak kerajinan yang terkenal di Muntilan adalah hasil kerajinan pahatan batu yang banyak di jumpai di daerah Prumpung,  Tamanagung Muntilan. Pahatan tersebut meliputi macam - macam arca yang sering di kirim ke Bali bahkan ke Mancanegara. Bahkan ada kisah misterius juga di mana ada sebuah arca besar yang konon telah di kirim ke suatu negara entah kenapa di kembalikan lagi ke Prumpung. Dan usut punya usut katanya arca tersebut minta di kembalikan ketempat asal.

Tak di herankan lagi kalau daerah ini adalah banyak di temukan pemahat handal karena nenek moyang orang disini adalah pemahat dengan banyaknya candi yang berdiri di daerah sekitar Muntilan seperti Candi Ngawen,  Candi yang mendunia Candi Borobudur,  Candi sebagai tempat awal perayaan Tri Suci Waisak Candi Mendut,  Candi di sebelah Muntilan yaitu Candi Gunung WukirCandi Gunung SariCandi Losari dan juga candi di area gunung merapi Candi Asu,  Candi Pendem, Candi Lumbung dan candi lainnya.

Roda sejarah terus berguling menyusuri setiap waktu , kota Muntilan sudi tidak sudi juga harus berpacu dengan roda percepatan jaman. Akan seperti apakah Muntilan kelak di masa depan? Hanya catatan sejarahlah yang akan mampu menjawab kisahnya untuk anak cucu kita di waktu yang akan datang.

Terima kasih telah berkunjung.

Popular posts from this blog

Istilah - istilah Gay Sekedar Tahu

Pasar Manuk atau Pasar Burung Muntilan , Pasar Klitikan

Viar Motor Roda Tiga Penumpang Asli Dari Viar ( wong deso )